Setelah melakukan lobi-lobi yang cukup intensif disela-sela kunjungannya ke China untuk menghadiri penutupan Olimpiade 2009 beberapa waktu lalu, Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan pemerintah RRC bersedia untuk melakukan pembicaraan ulang terhadap isi kontrak penjualan LNG Tangguh yang telah ditanda tangani pada tahun 2002. Dalam penjelasannya, Wapres antara lain mengatakan bahwa kontrak LNG Tangguh untuk propinsi Fujian, China tersebut merupakan kebijakan pemerintah Megawati pada waktu itu. Namun kebijakan yang dilakukan pemerintahan Megawati pada tahun 2002 tersebut jika dilihat dari perkembangan saat ini harganya sangat rendah dan sangat merugikan pemerintah Indonesia. Ditambahkannya, kontrak LNG Tangguh tahun 2002 tersebut menyebutkan nilainya sebesar US$ 3,3/mmbtu. Sedangkan harga LNG di pasar Internasional saat ini berkisar US$ 20/mmbtu. Dengan harga jual yang hanya US$ 3,3/mmbtu tersebut diperkirakan akan merugikan negara sebesar US$ 3 miliar per tahun.
Itulah bola panas yang saat ini menggelinding ditengah ramainya pembahasan Pansus BBM, membuat suasana poltik di Indonesia bertambah hangat. Lalu, benarkah lobi-lobi tersebut semata-mata lobi politik dengan menggunakan issue kontrak LNG Tangguh sebagai 'sasaran antara' saja ?. Akankah issue tentang kontrak LNG Tangguh tersebut mampu menjatuhkan popularitas Megawati ?. Bagaimana implikasi politisnya menjelang pemilu 2009 yang mulai menghangat ?.
No comments:
Post a Comment